Wisata Rumah Ibadat bersama Komunitas Bhinneka

Seratus dua puluh anak remaja berkumpul melakukan wisata tentang rumah ibadat yang ada di Jakarta, bersosialisasi dengan satu sama lain tanpa memikirkan agama maupun ras. Pulang dari acara Wisata Rumah Ibadat kemarin aku hanya bisa merasa, Woaaaaahhh…. perasaan senang dan kebahagiaan yang meluap, mungkin pertama kalinya dalam hidupku, aku rasakan selama perjalanan ini.

Komunitas Bhinneka

Kamis (15/06), aku mengikuti kegiatan Wisata Rumah Ibadat yang diselengarakan oleh Komunitas Bhinneka. Acara ini mengajak anak-anak berumur 15-19 untuk berkeliling dan mempelajari tentang rumah ibadat, agama, dan umat yang menggunakan rumah ibadat tersebut.

Hal utama yang aku rasakan dari acara ini adalah tingginya tingkat toleransi anak-anak seumuran aku, terutama dengan seluruh kondisi tidak asyik yang sedang terjadi belakangan ini. Seratus dua puluh anak dengan agama yang berbeda, bersosialisasi antar satu sama lain dengan rasa nyaman. Hatiku seharian itu hanya bisa merasa bahagia.

120 anak berkumpul untuk mempertahankan toleransi. Berbeda itu BIASA! – Credit: @komunitasbhinneka

Kunjungan ke 5 Rumah Ibadah

Kami hari itu berkeliling ke lima rumah ibadah, yaitu: Gereja Immanuel, Gereja Katedral Jakarta, Masjid Istiqlal, Vihara/Kuil Hoseiji, dan Pura Aditya Jaya. Sebenarnya ada pertimbangan panitia untuk mengunjungi rumah ibadah agama Khonghucu. Namun, karena kurangnya waktu, tidak dijadwalkan. Sebagai penggantinya, kami mendapatkan penjelasan tentang agama Khonghucu dari Perwakilan dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia.

Di setiap lokasi rumah ibadah kami disambut dengan ramah oleh representasi rumah ibadah tersebut yang menjelaskan sedikit tentang sejarah serta nilai-nilai dari tempat tersebut. Yang aku ingat diantaranya adalah Pendeta Michiko Pinarea Saren S. TH, Romo Hami Rudi Hartoko Sj., Romo Antonius Suyadi Pr. dan Imam Besar Nasaruddin Umar.

Kegiatan di setiap rumah kurang lebih sama, yaitu mendengarkan cerita sejarah tentang rumah ibadah itu dan nilai-nilai penting di dalam agama tersebut. Di lima tempat ini aku merasakan suasana yang sejuk walaupun cuaca di luar sangat panas. Aku juga pernah merasakan perasaan seperti ini saat mengunjungi Vihara Mendut ketika menjalankan OASE Eksplorasi.

Mendengarkan cerita dari Pendeta Michiko di Gereja Immanuel – Credit: @komunitasbhinneka

Kesan yang Membahagiakan

Ada dua hal yang membuat aku sangat terkesan dengan acara ini. Yang pertama adalah skala acara ini. Ketika mendaftar, aku mengira akan ada 20-40 anak dan beberapa orangtua serta panitia yang standby dan peserta akan berkeliling dengan busway atau kendaraan sewaan biasa.

Namun jauh di luar perkiraanku, ternyata ada 120 anak dan banyak sekali pengurus serta media yang datang untuk meliput acara ini. Kendaraan yang kami gunakan juga bukan kendaraan sewaan biasa, namun kami naik Bus Sekolah (bus kuning) secara gratis!

Bus sekolah yang bersedia menemani kami kemana saja – Credit: Kak Vanda Yulianti

Yang kedua adalah semuanya sangat menghormati satu sama lain. Contohnya, yang tidak berpuasa menghormati yang berpuasa dengan cara tidak makan-minum secara terbuka. Sebaliknya, yang berpuasa, juga tidak bermasalah dengan peserta yang tidak berpuasa dan tetap makan-minum selama acara. Pengormatan itu juga sangat terlihat ketika sedang mengunjungi dan mendengarkan penjelasan tentang sejarah rumah ibadah. Semua menghormati satu sama lain, mengikuti peraturan dari setiap rumah ibadat dengan baik, serta bersosialisasi tanpa diskriminasi. Top!

Semoga terus ada lagi kegiatannya

Sampai di rumah aku menceritakan semua kegiatan yang telah terjadi selama hari itu dan perasaan hatiku kepada keluargaku. Semuanya mendengarkan dengan bahagia. Sampai saat aku menuliskan pengalaman inii, hatiku masih terus berbunga-bunga bagaikan orang kehausan di tengah padang pasir yang menemukan oasis.

Kegiatan semacam ini menurutku sangat penting diikuti oleh anak muda di Indonesia untuk membangun rasa kebersamaan serta melihat bahwa agama-agama yang berbeda, memiliki spirit dan mengajarkan hal yang sama, yaitu kebaikan.

Bahagia rasanya mendapatkan teman-teman baru yang menginginkan memiliki harapan bersama untuk hidup damai walaupun memiliki keyakinan yang berbeda-beda. Bahagia bisa merasakan energi baik yang terus berputar sepanjang acara.

Lanjut terus Komunitas Bhinneka!

Foto bersama sebelum pulang – Credit: Kak Vanda Yulianti

Related Posts