EKSPLORASI #7 – Ikan dan Seafood

Tugas minggu ini adalah untuk mencari asal dan awal makanan yang biasa dimakan. Waktu penyelesaian tugas ini ada dua minggu, dan dibagi menjadi grup 3 sampai 4 orang. Aku kedapatan grup untuk mencari tahu tentang Ikan dan Seafood bersama Zaky dan Andro. Berikut adalah langkah yang diberitahukan oleh Kak Shanty:

  1. Melakukan BRAINSTORMING untuk mengumpulkan pertanyaan terkait topik yang ingin dicari jawabannya
  2. Mengumpulkan data/fakta dengan cara OBSERVASI & WAWANCARA untuk menjawab pertanyaan. Gali dan temukan yang menarik (wajib dilakukan seluruh anggota kelompok)
  3. Cari informasi tambahan dari LITERATUR (seperti buku, internet, dll) untuk memperkaya data/fakta yang sudah terkumpul
  4. ANALISIS data/fakta yang sudah terkumpul, lihat polanya dan buat INFERENSI (kesimpulan-kesimpulan)
  5. Tampilkan hasil akhir riset dalam bentuk KARYA

Minggu pertama dari tugas ini adalah untuk brainstorming dan menyusun rencana kerja. Berikut adalah hasil dari tim ku.

eksplorasi-7-1

Setelah itu ada tugas untuk membuat analisis dari data dan fakta yang sudah dikumpulkan lalu membuat sebuah karya, namun karena banyak yang kesulitan di revisi tugas ke #7 menjadi seperti berikut:

Tantangan kali ini adalah menjawab DARIMANA ASALNYA bahan/makanan sesuai topik masing-masing kelompok.

 

Coba gali perjalanan bahan makanan tersebut dari tempat asalnya ditanam/diternak/dipanen, hingga adik benar-benar paham bagaimana bahan/makanan tsb bisa sampai ke tempat kamu membelinya.

 

Jawaban dicari dengan melakukan observasi (pengamatan) dan wawancara narasumber.

 

Hasil yang diharapkan: Laporan hasil observasi dan wawancara selengkap mungkin. Lengkapi dengan tabel, grafik, diagram, atau foto bila perlu,

Karena itu aku akhirnya menuliskan hasil observasi dan wawancara yang telah aku lakukan seminggu kebelakang. Berikut adalah laporannya:

Riset tentang Asal Cumi-cumi di Pasar Ciplak

Pedagang berteriak memasarkan jualannya. Seorang ibu mengenakan daster terlihat berbelanja untuk makan hariannya. Campuran bau ikan, sayur, bumbu dan keringat yang menyengat.

 

Itulah suasana Pasar Ciplak di hari Jum’at, 30 September 2016. Udara terasa panas karena terik matahari dan penuhnya orang yang ada di pasar walaupun waktu sudah lewat pukul sembilan pagi.

 

Di area pasar basah tempat pedagang berjualan ikan, daging, dan ayam, terlihat seorang ibu yang mengenakan celemek dengan warna pudar sedang mengobrol dengan sesama pedagang di sana. Nama ibu itu adalah Ibu Ifa, seorang pedagang berusia sekitar 30 tahun yang menjual berbagai jenis ikan. Ikan yang dijualnya dijejerkan di atas sebuah meja keramik putih yang digunakan semua penjual yang ada di area ini.

 

Ibu Ifa menjual beragam macam ikan seperti tongkol, udang, cumi-cumi, ikan kembung, dan aneka jenis ikan yang lain.

 

Setiap hari Bu Ifa mengeluarkan modal 2.5 juta rupiah untuk membeli sekitar 70 kilogram ikan, termasuk cumi-cumi, di Pasar Lelang Muara Baru, yang terletak di area pelabuhan Jakarta Utara, tidak jauh dari Kota Tua.

Menyusuri Pasar Lelang Muara Baru

Bagaimana kondisi Pasar Lelang Muara Baru yang menjadi sumber dari ikan dan cumi-cumi yang ada di Pasar Ciplak? Dari mana para pedagang Pasar Lelang Muara Baru mendapatkan dagangannya?

 

Minggu, 2 Oktober 2016. Waktu menunjukan pukul setengah lima sore dan cuaca hari itu terlihat kurang bersahabat karena langit gelap menandakan hari akan segera hujan.

 

Suasana Pasar Lelang Muara Baru pada pukul 5 sudah mulai ramai. Banyak truk berisi ikan mulai berdatangan. Orang-orang mengeluarkan ikan dari truk ke ember untuk diberikan kepada pedagang. Para pedagang sedang memilah ikan berdasarkan ukuran. Suara mesin penghancur es terdengar menderu dan siap masuk ke ember penampungan ikan agar ikan-ikan yang dijual selalu segar. Tak lupa bau amis khas laut yang berasal dari berbagai ikan dan binatang laut lain memenuhi udara pasar.

ikan-baru

Salah satu pedagang yang ada di Pasar Lelang Muara Baru adalah bang Tobi, seorang penjual cumi-cumi. Dia menjual berbagai jenis cumi-cumi dengan harga yang berbeda-beda. Cumi-cumi paling kecil dijualnya dengan harga 35 ribu rupiah per kilo dan cumi-cumi terbesar dijualnya dengan harga 50 ribu rupiah per kilo.
Menurut bang Tobi, cumi-cumi paling banyak tersedia ketika sedang musim kawin pada musim hujan. Sumber cumi-cumi bang Tobi biasanya dari kapal pak Amin. Kapal itu biasanya berlayar ke Laut Jawa Timur untuk mencari cumi-cumi.
Setiap hari bang Tobi biasa menjual sekitar 20-50 kilogram cumi-cumi.
Di Pasar Lelang Muara Baru, ada juga bang Rohman yang menjual kerang hijau. Sore itu, bang Rohman sedang memisahkan kerang berdasarkan ukurannya. Harga kerang besar yang dijual bang Rohman adalah 10 ribu rupiah per kilo sedangkan kerang yang kecil harganya 5 ribu rupiah per kilo.
Kerang-kerang yang dijual bang Rohman diambil dari peternakan kerang di Laut Jawa Barat. Ternak kerang ini dilakukan secara bebas di sekitar pulau-pulau yang ada di Laut Jawa Barat. Karena kerang-kerang ini diambil dari peternakan, maka jumlah produksinya relatif stabil dalam satu tahun.

 

***
Ternyata perjalanan yang ditempuh oleh cumi-cumi dan ikan laut untuk menuju ke meja makan sangat jauh. Dari laut di sebelah utara Jawa Barat hingga Jawa Timur, ikan-ikan tersebut ditampung dan dilelang di Pasar Lelang Muara Baru hingga kemudian dibeli oleh pedagang ikan di pasar kecil, sebelum dibeli oleh konsumen dan terhidang di meja makan.

Refleksi:

Perjalanan untuk wawancara di muara baru adalah salah satu perjalanan paling LAMA yang pernah aku lakukan. Untungnya karena transportasi umum di jakarta lumayan bagus jadi perjalanannya tidak terlalu mahal dan hanya memakan sekitar 30 ribu.

Aku dari rumah naik Go-Jek sampai halte Cipinang Kebon Nanas, lalu naik Transjakarta Rute 10 arah Tanjung Priok lalu turun di Sunter Kelapa Gading. Dari Kelapa Gading transit naik Rute 12 arah Penjaringan dengan bus KECIL sekali, mungkin salah satu bus lama, dan turun di Landmark Auto Plaza. Turun dari Landmark Auto Plaza aku naik Go-Jek sampai Pasar Lelang Muara Baru.

Suasana ketika dalam perjalanan sampai dengan pulang sangat mengkhawatirkan. Langitnya mendung gelap seperti mau hujan, ada sebuah kecelakaan ketika naik Go-Jek berangkat, busway nya tidak datang-datang untuk yang arah Penjaringan, rasanya sudah seperti semuanya di lakukan untuk menghentikan ku wawancara :P.

Salah satu yang aku rasakan ketika ada di Muara Baru adalah bahwa datang bersama teman itu agak diperlukan. Karena rasanya kalo dateng sendiri agak akward gimana gitu :P. Hasil dari perjalanan ini adalah 1 kg Cumi Besar, 1 kg Kerang Hijau besar dan tas basah karena airnya bocor ternyata 😛

Berikut adalah beberapa foto dari hasil wawancaranya.

hasil-belanjaan
Hasil Belanjaan
kerang-hasil-beli
Kerang 1 KG langsung di rebus dan langsung lenyap 😀

Related Posts