Navigasi Darat di PERSERA OASE 2017

Seminggu yang lalu kami, Penggalang Pramuka OASE, mengadakan PERSERA tanpa orang tua yang pertama dengan bantuan kakak-kakak dari Montana.

Apa itu PERSERA?

Kalau anak-anak pramuka lain terbiasa dengan PERSAMI atau PERkemahan SAbtu MInggu, kami sebagai anak homeschooler menggadakan PERSERA atau PERkemahan SElasa RAbu 😛 Kegiatan perkemahan ini menandakan perkemahan pertama di mana kami dilepas oleh orang tua untuk mengadakan perkemahan sendiri dengan kelompok pembina tanpa orang tua.

Ini adalah sebuah tahap besar karena ada beberapa dari kami yang memang belum pernah dilepas untuk mengikuti kegiatan jauh dari orang tua untuk sejumlah waktu yang cukup lama. PERSERA ini juga menandakan penutupan dari term pertama kegiatan Pramuka OASE sebelum beristirahat pada bulan puasa.

Ada banyak yang bisa aku tuliskan mulai dari persiapan yang berantakan, drama keberangkatan, proses mendaki yang melelahkan, hingga berbagai gesekan yang terjadi ketika kegiatan. Namun hal-hal itu rasanya sudah akan di tulis dan oleh teman-teman yang lain seperti tulisan Zaky dan Kaysan yang sangat lengkap dan menarik. Kali ini aku ingin bercerita lebih dalam tentang kesempatanku untuk belajar tentang navigasi darat bersama Bang Kocil.

Perpisahan dengan orang tua di Stasiun Bogor

Navigasi Darat

Karena campuran capek mendaki gunung dan perbedaan tekanan dan oksigen sebagian besar dari kami (termasuk aku) agak terkantuk kantuk mendengar penjelasan Bang Kocil (maap bang :P). Aku mulai semangat ketika akhirnya ada kesempatan untuk praktek apa yang telah diceritakan oleh Bang Kocil.

Dari penjelasan Bang Kocil tentang navigasi darat, ada dua hal yang perlu dimengerti.

  1. Pertama adalah peta dan skala, bagian yang paling penting, karena tanpa peta dan pengertian bagaimana skala mempengaruhi peta melenceng sedikit pasti akan nyasar.
  2. Kedua adalah tentang Azimuth dan Back-Azimuth. Azimuth adalah sebuah teknik untuk mencari sudut dari obyek yang sedang dilihat dari kita. Teknik ini tidak hanya digunakan untuk pendaki maupun pencinta alam, namun teknik ini sering digunakan oleh pelaut, astronomer, maupun pertambangan.

Peta dan Skala

Peta yang digunakan bukanlah sembarang peta, namun sebuah Peta Rupa Bumi (disingkat Peta RBI) atau Peta Topografi. Peta ini di hasilkan oleh pemerintah dan dapat dibeli soft copynya di Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (disingkat Bakosurtanal), atau mungkin lebih dikenal sebagai Badan Informasi Geospasial (disingkat BIG) yang berlokasi di Cibinong atau memesan secara online di website mereka.

Peta yang bisa dipesan memiliki skala yang berbeda-beda, mulai dari yang paling besar 1:250.000, 1:50.000, 1:25.000, hingga 1:10.000. Untuk teman-teman yang belum mengerti bagaimana skala dalam peta bekerja, nomor yang tertera, seperti 1:25.000, menandakan bahwa setiap 1 cm di peta ada 25 ribu cm di dunia nyata. Contoh lain adalah jika nomor yang tertera adalah 1:50.000 maka setiap 1 cm di peta ada 50 ribu cm di dunia nyata.

Pada peta RBI ini juga memiliki sesuatu bernama garis kontur yang menandakan perubahan elevasi. Garis ini ditandakan dengan garis yang tidak terputus dan selalu memutar di peta. Untuk peta ukuran 1:25.000, perbedaan elevasi antar garis kontur adalah 12.5 meter, sedangkan untuk peta ukuran 1:50.000 perbedaan elevasinya adalah 25 meter.

Jarak antar garis kontur ini bisa gunakan untuk menentukan apakah daerah tersebut sebuah jurang atau punggungan. Daerah yang jarak antar garis konturnya sangat kecil sudah pasti sebuah jurang, sedangkan daerah yang jarak antar garis konturnya lebih besar kemungkinan besar adalah sebuah punggungan.

Di peta RBI juga ada kotak-kotak yang memetakan lokasi di peta dengan koordinat dunia bernama kotak Karvak. Kotak ini sudah memiliki ukuran standar 3.7 * 3.7 cm dan setiap skala memilki perbandingannya masing masing. Koordinat Indonesia paling Utara adalah 6’08”, Selatan adalah 11’15”, Timur adalah 141’05”, dan Barat adalah 94’45”. Petik satu () biasa disebut menit dan petik dua () biasa disebut detik. Dari sini kita bisa melihat koordinat yang telah tertera biasanya di sisi-sisi peta. Kotak Karvak ini nanti bisa kita bagi untuk menentukan kira-kira kita posisinya berada di koordinat berapa.

Peta Rupa Bumi (RBI) 1:25.000
Creds: http://agakuya.blogspot.co.id/

Azimuth Back Azimuth

Hal yang kedua adalah untuk mencari Point of Reference atau titik penting yang akan kita gunakan untuk mencari lokasi kita. Azimuth dan Back-Azimuth adalah sebuah teknik yang sering digunakan oleh pengiat alam dan berbagai profesi lain untuk memetakan lokasi mereka di peta. Untuk mencari Azimuth kita perlu sebuah kompas bidik untuk membidik dan mencari berapa derajat Azimuthnya.

Sebenarnya peraturan Azimuth Back-Azimuth sangatlah mudah, pertama bidik kesuatu lokasi yang bisa dibedakan di peta (titik tinggi atau pemukiman) lalu lihat berapa derajat yang tertuliskan di kompas bidik, Itulah Azimuth kita. Untuk mencari Back-Azimuth, kita hanya perlu antara:

  • Jika Azimuth melebihi 180 maka Azimuth dikurangi 180
  • Jika Azimuth kurang dari 180 maka Azimuth ditambah 180

Dari sini kita bisa memetakan garis lurus sesuai dengan derajat kita di peta. Lakukan ini beberapa kali untuk mencari titik dimana semua garis telah bertemu, maka di situlah (kalau benar) kalian berada.

Mempelajari tentang Peta dan Azimuth dengan Bang Kocil

Praktek

Setelah mempelajari tentang kedua materi diatas kami turun untuk melakukan pengamatan lebih lanjut karena lokasi kami sebelumnya terlalu tertutup pohon dan kurang banyak titik yang bisa kami lihat. Kami turun ke area parkiran di mana kami pertama kali menetapkan kaki dan memulai pengamatan.

Kaysan bertugas sebagai sniper kami, seseorang yang melakukan semua pengamatan dan penglihatan menggunakan kompas bidik. Yla dan Zaky bertugas sebagai writer yang mencatat dan mendokumentasikan semua yang sniper dan mapper katakan. Terakhir aku bertugas sebagai mapper karena hanya aku yang lumayan mengerti dan semangat untuk menjadi mapper. Mapper bertugas untuk memikirkan kira-kira lokasi yang telah dibidik di mana, lalu memetakan hasil Azimuth yang telah dituliskan oleh writer ke peta, dan terakhir mencari titik temu dari semua garis yang telah didapatkan untuk menentukan lokasi kami.

Sayangnya cuaca dan waktu sudah kurang mendukung maka kami hanya sempat untuk melakukan satu putaran tes dan sayangnya lagi kami nyasar lumayan jauh, beda satu Karpov. Kalau misalkan satu karpov adalah 3.7 cm, maka dengan peta 1:25.000 kami telah menyasar sekitar 925 meter, hampir satu kilometer 😛

Akhirnya kami kembali mendaki ke lokasi kemah agak kesal karena salah. Namun dari perjalanan ini aku menemukan sebuah hobby baru yang sangat menyenangkan karena semua prosesnya hampir seperti bermain game. Terima kasih banyak Bang Kocil 😀

Perjalanan Pulang

Related Posts