Descriptive Writing: Rumah Inspirasi – Bagian Luar

Rumah Inspirasi adalah nama panggilan yang biasa digunakan oleh orang-orang untuk mencari rumah ku di google map, namun bagi ku ini adalah rumah dimana sebagian besar masa remaja ku berada. Rumah ini awalnya milik Eyang Buyut Sunardi, seorang wartawan perang yang memiliki rumah di Jalan Majalah ini. Aku selalu ingat rumah ini dikelilingi berbagai tempat makan yang lezat. Ada nasi goreng yang baunya menggiurkan di depan rumah, tukang gado-gado yang selalu membuat perempatan yang hanya satu rumah dari tempatku selalu penuh, warung nasi padang dengan rendang yang enak, dan banyak makanan-makanan yang nikmat lainnya.

Rumah ini memiliki dua lantai dan berbentuk colonial, dengan cat hijau yang mulai terkelupas dan cat putih baru yang menutupi sebagian besar dinding. Bagian depannya tertutupi oleh pohon palem yang tinggi dan berdaun rindang, sebuah dinding berwarna hijau putih dengan motif belah ketupat, dan juga sebuah gerbang besi berwarna hijau yang sudah mulai berkarat. Di samping pagar ada sebuah kotak surat hitam yang sudah tidak dipakai dan nomor 07 berwarna putih yang tertulis di atasnya, tertutup dengan cat baru. Di depan pagar ada penghubung yang melewati sebuah got dalam. Penghubung ini terbuat dari batu dan masih tumbuh rumput-rumput liar.

Setelah melewati gerbang, rumah ini memiliki sebuah tanah besar yang miring sekitar 20 derajat keatas dan sebuah plang hitam di pilar putih bertuliskan A/7. Tanah ini muat sekitar dua mobil ukuran sedang dan sekarang lebih dipakai untuk tempat parkir mobil. Di bagian belakangnya ada dua pintu menuju garasi yang berwarna hijau muda dengan frame hijau tua. Garasi itu sudah tidak dipakai karena sedang digunakan sebagai gudang barang. Dan sebuah keran dengan ember hitam di bawahnya dan sebuah kursi dimana Lek Gana sering duduk ketika menunggu yang lain sebelum menyupir. Sebagian besar waktu ada sebuah mobil sedan merah atau sebuah panther hijau yang memiliki bau rokok khas Om Dimas dan mobil Ertiga putih milik Eyang Putri. Putar ke kiri sedikit dan kita akan melihat taman hijau yang rimbun penuh dengan berbagai macam tanaman, tinggi dan pendek, ada yang memiliki bunga berwarna merah terang yang manis dan ada yang memiliki daun-daun hijau gelap yang tajam.

Taman ini lumayan besar dibandingkan dengan teras sebelumnya, dengan sebuah tiang bendera yang sudah rusak dan tidak bekerja di tengahnya. Taman ini juga memiliki sebuah jalan batu hitam yang mengarah ke tanah kosong di sebelah rumah. Salah satu hal yang aku sangat kagum dan agak takut dulu waktu pertama kali kerumah ini adalah adanya sebuah batu berbentuk kepala ular yang berada tepat di depan teras rumah yang dulu aku ditakut-takuti dengan mengatakan rumah ini dibuat diatas ular raksasa yang dibatukan.

Lalu kita masuk ke bagian depan dari rumah, teras ini bukan teras besar dan mungkin hanya muat sekitar 5-7 orang dewasa dan itu sudah penuh. Di sini ada dua kursi kayu, satu ada bagian yang rusak dan penuh dengan jas hujan dan helm, sebuah meja kayu dengan sebuah patung bebek yang warnanya mulai pudar, dan sebuah ornamen perisai berwarna hitam dengan berbagai macam senjata. Setiap hari rabu teras ini pasti penuh dengan berbagai sendal dan sepatu tamu-tamu yang datang memenuhi rumah untuk mengikuti acara Klub Oase, terkadang mereka tertata rapih di dekat dinding, namun lebih sering berserakan dan terkadang agak berlumpur dari kaki anak-anak yang telah bermain di tanak sebelah yang basah.

Yang terakhir adalah tanah sebelah, tanah ini bisa dimasuki lewat sebuah pintu dari taman yang melewati pintu masuk kedalam kamar main dan menuju tempat sampah. Ketika masuk kita akan disambut oleh sebuah pohon kersen yang tinggi dan lebar dengan sebuah batang yang tidak terlalu tebal. Di sisi kiri ada tumpukan rumput dan daun-daun kering yang dikumpulkan untuk menjadi pupuk alami. Di sisi kanan ada kumpulan tanaman-tanaman yang di tanam oleh Om Andito. Di bagian pojok kanan ada sebuah bagian tanah yang penuh batu sisa pembangunan dulu yang berisi berbagai batu-batuan sampai sisa sampah-sampah yang belum terurai seperti CD bekas, botol platik, dan sebagainya.

Terkadang di pagi hari kita dapat memakan buah kersen sambil mendengarkan suara-suara burung yang sedang bertengger. Tanah ini telah dipakai untuk beragam kegiatan-kegiatan dari pramuka ke panahan ke bakar-bakar. Ada beberapa bekas yang masih dapat hal-hal yang tersisa seperti bekas lubang galian anak-anak, kayu yang dipaku untuk menjadi tangga naik pohon, ban-ban bekas yang dijadikan ayunan, dan berbagai hal-hal kecil yang tersisa.

To Be Continued

Related Posts