OASE Eksplorasi: Menuju Dusun Maitan

Kami tiba di Stasiun Lempuyangan sekitar pukul tujuh pagi pada hari Selasa (13/12/2016) yang panas itu. Kami masih pegal-pegal karena kondisi kereta yang kurang nyaman (maklum naik ekonomi) dan badan yang belum bergerak untuk waktu yang lumayan lama.

Tepat ketika kami sampai di area stasiun kami mendapatkan sebuah SMS dari kakak-kakak fasilitator berbunyi:

Yahuuu…Selamat datang di Jogja! 😀 Saat turun di St. Lempuyangan, disarankan untuk ke toilet dulu. Silahkan cuci muka, sikat Gigi dan buang Hajat, sebelum keluar stasiun. Nanti keluarlah dari PINTU TIMUR. Kami kakak-kakak fasilitator menunggu di ruang tunggu di luar stasiun.

(Sebelumnya: Persiapan dan Keberangkatan)

day2-1

Stasiun Lempuyangan

Suasana di Stasiun Lempuyangan lumayan penuh berisi orang yang keluar dari kereta kita dan yang akan melakukan perjalanan. Salah satu yang jadi fokusku ketika dalam perjalanan ini adalah untuk memastikan tidak ada teman yang tertinggal, maka hal yang pertama aku lakukan ketika turun dari kereta adalah untuk merapat dan berkumpul memastikan semuanya aman.

Ketika kami sudah akan keluar menuju pintu timur, kami bertemu dengan Andro yang sudah menunggu di sisi luar gerbang keluar. Sudah lumayan lama kami tidak ketemu Andro yang baru beberapa bulan ini pindah ke Yogyakarta. Sambil mengobrol kami berjalan menuju ruang tunggu. Sampai di ruang tunggu kami bertemu dengan kakak-kakak fasilitator dari Jaladwara.

Sibuk menulis di jurnal & buku saku
Sibuk menulis di jurnal & buku saku. Source: Jaladwara

Di sana sudah ada Kak Inu, Kak Melly, dan Kak Kukuh. Ini lah kakak-kakak fasilitator yang akan menuntun dan menemani kami selama perjalanan ini. Mereka datang dan menyambut kita yang baru datang dengan perkenalan pendek dan pemberian sebuah buku saku yang berisi peta, rundown acara (kasar), kendaraan umum yang harus dinaiki, hingga bahasa jawa dasar dan cara penggunaannya.

Kami diberikan waktu hingga pukul tiga sore untuk menuju Dusun Maitan, Desa Borobudur. Untuk sarapan pagi satu grup tinggal menjaga tas dan yang lain makan. Pada saat kelompokku makan kita sempat ditawarkan untuk naik taksi oleh pak Kelik dengan harga 5000/orang langsung sampai ke Terminal Jombor. Namun karena alasan keamanan dan fokus ke kendaraan umum kami tidak naik taksi.

Foto Bareng sebelum jalan menuju Dusun Maitan, Desa Borobudur
Foto Bareng sebelum jalan menuju Dusun Maitan, Desa Borobudur. Source: Jaladwara

Perjalanan Menuju Dusun Maitan

Ada empat step perjalanan yang disarankan oleh kakak-kakak dari Jaladwara:

  1. Naik becak dari Stasiun Lempuyangan ke halte Transjogja di SMP 5 (Biaya 10-15 rb/becak)
  2. Transjogja menuju Terminal Jombor
  3. Naik bus jurusan Jogja-Terminal Borobudur (Biaya 15-20rb/orang)
  4. Naik andong (30-40rb/andong) ke Dusun Maitan, Desa Borobudur

Karena kami berniat berhemat plus sebagai olahraga pagi, kami memilih untuk jalan dari Stasiun Lempuyangan hingga halte Transjogja SMP 5. Perjalanan hanya memakan waktu sekitar 10-15 menit dan matahari terik pagi itu menyegarkan kepala yang masih ngantuk.

Untuk sampai ke Terminal Jombor kami harus naik Bus 2A dengan jurusan akhir Terminal Jombor. Halte Transjogja jauh lebih kecil dibandingkan halte-halte Transjakarta. Harga naik satu orang di Transjogja adalah Rp 2.700. Karena ada beberapa orang yang tidak punya kartu untuk naik Transjogja maka aku membantu dengan meminjamkan mereka kartu (utang utang :D).

Salah satu mural yang aku lihat dalam perjalanan ke Transjogja SMP 5
Salah satu mural yang aku lihat dalam perjalanan ke Transjogja SMP 5

Kami menunggu lumayan lama di halte, dan tampaknya karena musim libur banyak juga orang yang datang untuk naik Transjogja. Sebagai orang yang sering naik kendaraan umum di Jakarta, Transjogja adalah salah satu hal yang akan sangat membantu kalau nanti aku akan jalan-jalan keliling Jogja.

Selama perjalanan kami banyak berbincang tentang berbagai hal, salah satunya adalah tentang alasan nama kelompok. Semua kelompok harus memilih nama kelompok berdasarkan makanan atau rempah-rempay. Kelompok ku yang berisi aku, Fattah dan Yla di beri nama Nasi Uduk yang berasal dari campuran nama kami (lupa nyampurnya gimana maklum yang bikin Yla sama Fattah). Kelompoknya Ceca, Donna dan Zaky adalah Rawon Ayam, sedangkan kelompoknya Kaysan, Andro dan Adinda diberi nama… Marimas Rasa Soto. Yap… Karena nama ini kakak-kakaknya agak susah menyebut kelompok Kaysan tanpa tertawa sedikit 😛

Sebelum naik bus arah Terminal Borobudur
Sebelum naik bus arah Terminal Borobudur

Setelah sampai di Terminal Jombor kami langsung naik bus tujuan Terminal Borobudur. Untungnya ada satu bus yang baru mau berangkat jadi kami tidak perlu menunggu lama. Selama perjalanan aku mendapatkan kesempatan untuk mengobrol dengan Ibu Harsoyo yang sedang dalam perjalanan untuk kerumah cucunya yang akan berulang tahun keesokan harinya. Aku juga diberitahukan bahwa harga yang kami bayar (Rp 20.000) itu sebenarnya harga turis, dan nanti kalau pulang keluarkannya uang pas saja Rp 15.000 lalu bilang hanya ada segini bang. Tips yang akhirnya terpakai ketika pulang.

Di perjalanan menuju Terminal Borobudur kami melihat berbagai hal yang jarang dilihat di daerah Jabodetabek seperti kuburan cina di sisi pegunungan, candi yang ada di sekitar jalan, dan penampilan gunung di latar belakang yang sangatlah indah. Sayangnya karena busnya bergerak dengan banyak aku tidak dapat mendapatkan foto yang bagus (yang jelek sudah dibuang untuk menyimpan tempat).

Karena gk dapet foto candinya foto Andro dan Zaky harus mencukupi :P
Karena gak dapet foto candinya foto Andro dan Zaky harus mencukupi 😛

Setelah sampai di Terminal Borobudur kami makan dulu di area terminal karena sudah sekitar pukul 11 dan katanya di homestay tidak ada makan siang. Kami makan di tempat prasmanan dan antara malu-malu mau mulai duluan yang lain pada saling menunggu siapa yang mau makan duluan. Aku sendiri memilih untuk memakan Jamur Al Maka Roma (kata ibunya). Jamurnya sendiri seperti jamur tumis dengan bumbu yang agak pedas.

Salah satu hal yang kami lupa lakukan ketika sampai di Jombor adalah untuk meng-SMS kakak-kakak fasilitator kami sudah di Jombor. Jadi akhirnya ketika kami kontak sudah di Terminal Borobudur mereka kayak “WHAT!!” lalu menelpon kami untuk benar-benar memastikan sudah di Terminal Borobudur.

Sehabis makan dan yang muslim sholat, kami berniat jalan ke Pasar Borobudur untuk mencari andong (delman kalau di Jakarta) namun ada kusir andong yang menawarkan andongnya. Dia menawarkan satu andongnya Rp 100 ribu… lebih dari dua kali lipat harga tertinggi yang di kasih oleh kakak-kakak fasilitator. Dengan pemikiran itu di benak dan perasaan seperti sedang di peras aku mulai bertindak malas dan melakukan teknik “Haggling” yang aku dapatkan dari video game 😀

Mulai dari trik cek harga paling rendah berapa, menurunkan harga jauh dibawah setengah harga baru, lalu kalau harga yang kita usulkan tidak diterima, bersikap acuh dan bersiap pergi untuk mencari andong lain. Akhirnya setelah beberapa kali bolak balik dengan bantuan Kaysan kita bisa mendapatkan andong yang harganya Rp 40 ribu.

Makan siang di Terminal Borobudur dengan harga 8 ribu
Makan siang di Terminal Borobudur dengan harga 8 ribu

Sekitar pukul setengah satu kami akhirnya sampai di Dusun Maitan, satu setengah jam lebih cepat dari yang dijadwalkan. Akhirnya setelah membayar andong, kami berpisah untuk pergi ke dusun masing-masing. Aku akan satu homestay dengan Fattah di homestay “Puntadewo”. Kami mengetuk, tentunya dengan bahasa jawa yang baru dipelajari seperti “Kulo Nuwun (Permisi masuk rumah)” dan “Pareng (Untuk pamit keluar rumah)” lalu memperkenalkan diri. Aku mendapatkan dua orang tua yang sudah agak sepuh tapi baik bernama Pak Sasmudi dan Bu Rubinga.

Habis mandi dan menaruh tas, pukul setengah dua kami mendapatkan SMS seperti ini:

“Selamat, adik-adik telah tiba di rumah masing-masing! Silakan meletakan barang, mandi, salat, bercerangkama dengan orang tua asuh qatau istirahat. Satu jam lagi berkumpul di homestay gatotkoco ya”

yang menandakan keperluannya untuk berkumpul sekitar pukul setengah tiga. Setelah mandi.

Muka bahagia ketika sedang diskusi
Muka bahagia ketika sedang diskusi

Diskusi & Eksplorasi Area Maitan

Pukul setengah tiga kami kumpul untuk melakukan diskusi di Homebase tempat kakak-kakak fasilitator akan menginap, di Homestay “Gatotkoco“. Kami kumpul untuk briefing dan melakukan penjelasan apa saja yang akan kami lakukan selama beberapa hari kedepan ini. Kami juga ngobrol-ngobrol tentang apa saja yang dilihat di perjalanan, perasaannya, dan pengalaman baru yang didapatkan tadi.

Karena ini diskusi hari pertama, jadi tidak terlalu banyak yang di obrolkan. Sisa sore hingga maghrib adalah untuk berkenalan dengan teman-teman sebaya. Aku dan yang lain sempat menjelajahi beberapa tempat seperti kolongan yang ada di atas dekat kebun singkong, atau tempat penyimpanan dan pemotongan kayu dekat dengan sawah. Setelah sekitar pukul lima kami berkumpul lagi untuk mengobrol dengan satu sama lain dan melihat ada anak-anak area situ yang sedang main bola. Sebagai bagian dari kesenangan dan juga eksplorasi perkenalan dengan anak sebaya, (hampir) kami semua ikut main bola.

Salah satu tempat yang dikunjungi ketika sedang keliling Dusun Maitan
Salah satu tempat yang dikunjungi ketika sedang keliling Dusun Maitan

Untuk makan malam aku dan Fattah di rumah bu Rubinga makan Sate, Telor dadar & kacang panjang untuk makan malam. Sambil makan malam kami juga berbincang-bincang tentang keluarga bu Rubinga sendiri. Salah satu yang juga aku temui ketika di homestay adalah cucu dari bu Rubinga bernama Haikal. Haikal tinggal tidak jauh dari rumah eyangnya maka dia sering datang untuk makan atau main.

Pada malamnya kami diskusi lagi untuk menceritakan ke satu sama lain tentang apa saja yang telah ditemui masing-masing grup. Disini kita juga mulai memikirkan ingin mencari tentang apa selama perjalanan ini. Salah satu yang membuat diskusi-diskusi itu lama sebenarnya adalah becandaannya yang kadang lama 😛 maklum anak-anak gak sekolah.

Kami juga mendapatkan semacam latihan dari kakak-kakak fasilitator dalam bentuk “mock interview” yang dipraktekan dengan kak Kukuh. Untuk giliran kelompok ku aku mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai “Kak Kukuh yang ada dibawah kolongan”. Untuk yang tidak tahu kolongan itu adalah tempat latihan dan lomba untuk burung merpati, sering kok biasanya kalo ada yang main pake burung merpati nah itu si kolongan. Katanya kelompokku sudah bagus tapi masih agak terlalu formal.

Diskusi kami berlangsung hingga kurang lebih pukul sembilan dan kembali ke homestay masing-masing untuk istirahat dan mengisi energi yang diperlukan untuk esok hari.

Bermain bola dengan anak-anak sekitar Dusun Maitan
Bermain bola dengan anak-anak sekitar Dusun Maitan, Source: Jaladwara

 

[Bersambung]

Related Posts